Halaman

    Social Items

Hidup di era digital ibarat berkuda tanpa pelana — cepat, liar, dan penuh kejutan. Setiap hari kita berpacu dalam lintasan tak kasatmata: notifikasi, algoritma, dan data yang mengalir seperti sungai tanpa ujung. Di atas punggung kuda teknologi ini, siapa yang tak sigap akan terjatuh, tergilas, bahkan terlupakan.

Dulu, orang belajar berjalan sebelum berlari. Kini, banyak yang terbang dulu sebelum paham cara mendarat. Dunia maya memberi sayap, tapi lupa memberi tanah tempat berpijak. Maka, yang tak berhati-hati akan tersesat di langit kepalsuan — mencari validasi, bukan nilai; mengejar pengakuan, bukan kebenaran.

Namun, di tengah kebisingan itu, masih ada jiwa-jiwa tenang yang menuntun kudanya perlahan. Mereka tak tergesa. Mereka tahu, kecepatan bukan segalanya; arah jauh lebih penting. Mereka memilih kendali daripada sensasi, keseimbangan daripada kecepatan. Mereka sadar: di dunia digital, disiplin adalah pelana sejati.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

*Inna Allāha yuḥibbu idzā ‘amila aḥadukum ‘amalan an yutqinah*

“Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sempurna.” (HR. Al-Baihaqi)

Itqan — kesempurnaan kerja — adalah pelana itu. Ia bukan alat fisik, melainkan nilai yang menuntun arah. Di tengah derasnya arus digital, kesempurnaan bukan lagi berarti tanpa cacat, melainkan tanpa kehilangan makna.

Maka berkudalah. Tapi genggamlah kendali. Jadilah penunggang yang sadar: bahwa dunia digital bukan musuh, melainkan kuda yang harus dijinakkan — bukan untuk disombongkan, tapi untuk membawa kebaikan sejauh mungkin.

✍️ Pengelana Digital (nickname)
Penulis & Pemerhati Perubahan Sosial Digital

Berkuda Tanpa Pelana Mengarungi Hidup di Era Digital

Hidup di era digital ibarat berkuda tanpa pelana — cepat, liar, dan penuh kejutan. Setiap hari kita berpacu dalam lintasan tak kasatmata: notifikasi, algoritma, dan data yang mengalir seperti sungai tanpa ujung. Di atas punggung kuda teknologi ini, siapa yang tak sigap akan terjatuh, tergilas, bahkan terlupakan.

Dulu, orang belajar berjalan sebelum berlari. Kini, banyak yang terbang dulu sebelum paham cara mendarat. Dunia maya memberi sayap, tapi lupa memberi tanah tempat berpijak. Maka, yang tak berhati-hati akan tersesat di langit kepalsuan — mencari validasi, bukan nilai; mengejar pengakuan, bukan kebenaran.

Namun, di tengah kebisingan itu, masih ada jiwa-jiwa tenang yang menuntun kudanya perlahan. Mereka tak tergesa. Mereka tahu, kecepatan bukan segalanya; arah jauh lebih penting. Mereka memilih kendali daripada sensasi, keseimbangan daripada kecepatan. Mereka sadar: di dunia digital, disiplin adalah pelana sejati.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

*Inna Allāha yuḥibbu idzā ‘amila aḥadukum ‘amalan an yutqinah*

“Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sempurna.” (HR. Al-Baihaqi)

Itqan — kesempurnaan kerja — adalah pelana itu. Ia bukan alat fisik, melainkan nilai yang menuntun arah. Di tengah derasnya arus digital, kesempurnaan bukan lagi berarti tanpa cacat, melainkan tanpa kehilangan makna.

Maka berkudalah. Tapi genggamlah kendali. Jadilah penunggang yang sadar: bahwa dunia digital bukan musuh, melainkan kuda yang harus dijinakkan — bukan untuk disombongkan, tapi untuk membawa kebaikan sejauh mungkin.

✍️ Pengelana Digital (nickname)
Penulis & Pemerhati Perubahan Sosial Digital