Halaman

    Social Items

Independent News (independent.web.id) – Oleh: Sudirman Mattaliu, Host ENN Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baru-baru ini, sosok politisi sekaligus budayawan Kang Dedi Mulyadi (KDM) kembali menjadi sorotan publik. Dalam sebuah kesempatan kunjungan ke masjid, Kang Dedi diberikan waktu untuk menyampaikan ceramah di hadapan para jemaah. Menariknya, gaya penyampaiannya begitu menyejukkan, menembus hati, dan sarat dengan rasionalitas, layaknya seorang kiai atau ustaz kondang.

Para jemaah tampak larut dalam setiap untaian kata yang disampaikan. Mereka menyimak tanpa berkedip, seolah tak ingin kehilangan satu kalimat pun dari ceramah yang penuh makna tersebut. Ceramah itu mengingatkan bahwa panggilan azan sejatinya bukan hanya seruan untuk shalat, tetapi panggilan untuk kembali hidup—menghidupkan hati, telinga, mata, lidah, dan seluruh jiwa agar selalu kembali kepada Allah.

Menjawab Tuduhan dan Fitnah Lama

Sebelum ceramah diputar, host ENN Indonesia, Sudirman Mattaliu, mengingatkan publik soal stigma yang pernah diarahkan kepada Kang Dedi. Ia sempat difitnah sebagai musyrik, bahkan dituding menyembah Nyi Roro Kidul, sebagaimana yang pernah digaungkan oleh sebagian pihak menjelang Pilgub Jawa Barat 2024.

Kala itu, sejumlah tokoh agama bahkan mengeluarkan seruan keras agar masyarakat tidak memilihnya. Namun kenyataannya, hingga kini tidak ada bukti bahwa Kang Dedi Mulyadi menyebarkan kemusyrikan. Justru ia terbukti konsisten menjaga nilai-nilai Islam, religiusitas, serta memimpin dengan hati yang bersih.

Ceramah yang Menyentuh

Dalam ceramahnya, Kang Dedi menyampaikan pesan sederhana namun mendalam:

  • Orang yang benar-benar hidup adalah mereka yang selalu kembali kepada Allah.

  • Azan merupakan panggilan untuk menghidupkan kembali hati, telinga, dan pikiran manusia agar tidak mati dalam kesesatan.

  • Masjid adalah pusat kehidupan, tempat manusia kembali menemukan ketenangan dan keberkahan.

Pesan Kang Dedi sejalan dengan pepatah Sunda: “Jaga panon ku awasna, jaga ceuli ku danguna, jaga irung ku angsuna, jaga letah ku ucapna, jaga hate ku ikhlasna.”

Rekam Jejak Religius dan Toleran

Fakta lain yang ditegaskan, Kang Dedi bukan orang asing dalam dunia Islam. Ia pernah menjabat sebagai Ketua HMI Cabang Purwakarta dan aktif dalam berbagai organisasi Islam. Lebih jauh, Kang Dedi dikenal sebagai pemimpin yang menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme.

Contohnya, ia pernah membantu sebuah gereja yang tengah bersengketa dengan memberikan solusi hingga dukungan dana. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya memimpin untuk umat Islam, tetapi juga untuk semua golongan, sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Kunjungan Kang Dedi ke Pesantren Suryalaya semakin menegaskan ikatan batinnya dengan dunia pesantren. Disambut hangat para santri, tokoh masyarakat, hingga aparat TNI, suasana menjadi bukti bahwa hubungan pemimpin dengan rakyatnya begitu erat. Bahkan, Kang Dedi mengaku pernah mondok di pesantren tersebut, dengan Abah Anom sebagai salah satu gurunya.

Politik dan Agama yang Dipisahkan

Dalam kesempatan itu, Kang Dedi menegaskan prinsip penting: ia tidak pernah memanfaatkan pesantren hanya sebagai alat politik menjelang pemilihan. Justru ia datang setelah terpilih, bukan untuk meminta dukungan, melainkan untuk memberi manfaat nyata.

“Kalau saya datang ke pesantren sebelum pemilihan, itu artinya saya datang untuk meminta dukungan. Tapi kalau saya datang setelah terpilih, itu artinya saya datang untuk membawa manfaat,” ujar Kang Dedi.

Prinsip ini menjadi pembeda. Di saat banyak politisi menjadikan pesantren sebagai tempat mencari suara, Kang Dedi justru menjadikannya tempat memberi, bukan meminta.

Berikut Video Lengkapnya silahkan disimak yah...

Penutup

Ceramah Kang Dedi Mulyadi membuktikan bahwa ia adalah sosok pemimpin yang religius, rasional, humanis, sekaligus toleran. Tuduhan lama yang pernah diarahkan kepadanya terbantahkan oleh rekam jejak, sikap, dan ceramahnya yang menyejukkan hati.

Portal berita Independent News (independent.web.id) melalui host Sudirman Mattaliu menghadirkan liputan ini sebagai refleksi bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga konsisten memberi manfaat bagi umat dan masyarakat luas.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Kang Dedi Mulyadi Ceramah di Masjid: Sentuhan Religius, Humanis, dan Rasional

Independent News (independent.web.id) – Oleh: Sudirman Mattaliu, Host ENN Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baru-baru ini, sosok politisi sekaligus budayawan Kang Dedi Mulyadi (KDM) kembali menjadi sorotan publik. Dalam sebuah kesempatan kunjungan ke masjid, Kang Dedi diberikan waktu untuk menyampaikan ceramah di hadapan para jemaah. Menariknya, gaya penyampaiannya begitu menyejukkan, menembus hati, dan sarat dengan rasionalitas, layaknya seorang kiai atau ustaz kondang.

Para jemaah tampak larut dalam setiap untaian kata yang disampaikan. Mereka menyimak tanpa berkedip, seolah tak ingin kehilangan satu kalimat pun dari ceramah yang penuh makna tersebut. Ceramah itu mengingatkan bahwa panggilan azan sejatinya bukan hanya seruan untuk shalat, tetapi panggilan untuk kembali hidup—menghidupkan hati, telinga, mata, lidah, dan seluruh jiwa agar selalu kembali kepada Allah.

Menjawab Tuduhan dan Fitnah Lama

Sebelum ceramah diputar, host ENN Indonesia, Sudirman Mattaliu, mengingatkan publik soal stigma yang pernah diarahkan kepada Kang Dedi. Ia sempat difitnah sebagai musyrik, bahkan dituding menyembah Nyi Roro Kidul, sebagaimana yang pernah digaungkan oleh sebagian pihak menjelang Pilgub Jawa Barat 2024.

Kala itu, sejumlah tokoh agama bahkan mengeluarkan seruan keras agar masyarakat tidak memilihnya. Namun kenyataannya, hingga kini tidak ada bukti bahwa Kang Dedi Mulyadi menyebarkan kemusyrikan. Justru ia terbukti konsisten menjaga nilai-nilai Islam, religiusitas, serta memimpin dengan hati yang bersih.

Ceramah yang Menyentuh

Dalam ceramahnya, Kang Dedi menyampaikan pesan sederhana namun mendalam:

  • Orang yang benar-benar hidup adalah mereka yang selalu kembali kepada Allah.

  • Azan merupakan panggilan untuk menghidupkan kembali hati, telinga, dan pikiran manusia agar tidak mati dalam kesesatan.

  • Masjid adalah pusat kehidupan, tempat manusia kembali menemukan ketenangan dan keberkahan.

Pesan Kang Dedi sejalan dengan pepatah Sunda: “Jaga panon ku awasna, jaga ceuli ku danguna, jaga irung ku angsuna, jaga letah ku ucapna, jaga hate ku ikhlasna.”

Rekam Jejak Religius dan Toleran

Fakta lain yang ditegaskan, Kang Dedi bukan orang asing dalam dunia Islam. Ia pernah menjabat sebagai Ketua HMI Cabang Purwakarta dan aktif dalam berbagai organisasi Islam. Lebih jauh, Kang Dedi dikenal sebagai pemimpin yang menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme.

Contohnya, ia pernah membantu sebuah gereja yang tengah bersengketa dengan memberikan solusi hingga dukungan dana. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya memimpin untuk umat Islam, tetapi juga untuk semua golongan, sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Kunjungan Kang Dedi ke Pesantren Suryalaya semakin menegaskan ikatan batinnya dengan dunia pesantren. Disambut hangat para santri, tokoh masyarakat, hingga aparat TNI, suasana menjadi bukti bahwa hubungan pemimpin dengan rakyatnya begitu erat. Bahkan, Kang Dedi mengaku pernah mondok di pesantren tersebut, dengan Abah Anom sebagai salah satu gurunya.

Politik dan Agama yang Dipisahkan

Dalam kesempatan itu, Kang Dedi menegaskan prinsip penting: ia tidak pernah memanfaatkan pesantren hanya sebagai alat politik menjelang pemilihan. Justru ia datang setelah terpilih, bukan untuk meminta dukungan, melainkan untuk memberi manfaat nyata.

“Kalau saya datang ke pesantren sebelum pemilihan, itu artinya saya datang untuk meminta dukungan. Tapi kalau saya datang setelah terpilih, itu artinya saya datang untuk membawa manfaat,” ujar Kang Dedi.

Prinsip ini menjadi pembeda. Di saat banyak politisi menjadikan pesantren sebagai tempat mencari suara, Kang Dedi justru menjadikannya tempat memberi, bukan meminta.

Berikut Video Lengkapnya silahkan disimak yah...

Penutup

Ceramah Kang Dedi Mulyadi membuktikan bahwa ia adalah sosok pemimpin yang religius, rasional, humanis, sekaligus toleran. Tuduhan lama yang pernah diarahkan kepadanya terbantahkan oleh rekam jejak, sikap, dan ceramahnya yang menyejukkan hati.

Portal berita Independent News (independent.web.id) melalui host Sudirman Mattaliu menghadirkan liputan ini sebagai refleksi bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga konsisten memberi manfaat bagi umat dan masyarakat luas.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.